PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT
Disusun
Oleh:
NAMA : RESTI
PITASARI
NPM :
36412148
KELAS :
3ID04
MATA KULIAH :
PENDIDIKAN PANCASILA
DOSEN PEMBIMBING :
CHOIRUL UMAM
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS GUNADARMA
DEPOK
2014
DAFTAR ISI
Cover
..........................................................................................................
1
Daftar Isi .....................................................................................................
2
A.
pancasila
sebagai sistem filsafat............................................................ 3
B.
Kesatuan Sila-Sila
Pancasila Sebagai Suatu Kesatuan yang Sistematis
& logis ...................................................................................................................
3
C.
Pengetahuan System
Filsafat Perbandingan Dengan Sisten Filsafat
Lainnya Didunia ....................................................................................................................
4
D.
Pengertian Sistem
dan Unsur-Unsurnya .............................................. 8
Daftar Pustaka
...............................................................................................
9
PEMBAHASAN
A. PANCASILA
SEBAGAI SISTEM FILSAFAT
Pancasila sebagai sistem filsafat yaitu suatu konsep tentang
dasar negara yang terdiri dari lima sila sebagai unsur yang mempunyai fungsi
masing-masing dan satu tujuan yang sama untuk mengatur dan menyelenggarakan
kehidupan bernegara di Indonesia. Pancasila sebagai sistem filsafat atau
sebagai dasar negara kita merupakan sumber dari segala sumber hukum yang
berlaku di negara kita. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa indonesia
dapat mempersatukan kita, serta memberi petunjuk dalam mencapai kesejahteraan
dan kebahagiaan lahir dan bathin dalam masyarakat kita yang beraneka ragam
sifatnya. Filsafat Pancasila adalah filsafat yang mempunyai obyek Pancasila,
yaitu obyek Pancasila yang benar dan sah
sebagaimana tercantum didalam pembukaan UUD 1945 alenia ke-4.
Pembahasan mengenai Pancasila sebagai sistem filsafat dapat dilakukan dengan cara deduktif dan induktif. Cara deduktif yaitu dengan mencari hakikat Pancasila serta menganalisis dan menyusunnya secara sistematis menjadi keutuhan pandangan yang komprehensif. Cara induktif yaitu dengan mengamati gejala-gejala sosial budaya masyarakat, merefleksikannya, dan menarik arti dan makna yang hakiki dari gejala-gejala itu.
Pembahasan mengenai Pancasila sebagai sistem filsafat dapat dilakukan dengan cara deduktif dan induktif. Cara deduktif yaitu dengan mencari hakikat Pancasila serta menganalisis dan menyusunnya secara sistematis menjadi keutuhan pandangan yang komprehensif. Cara induktif yaitu dengan mengamati gejala-gejala sosial budaya masyarakat, merefleksikannya, dan menarik arti dan makna yang hakiki dari gejala-gejala itu.
B. KESATUAN
SILA-SILA PANCASILA SEBAGAI SUATU KESATUAN YANG
SISTEMATIS & LOGIS
1. Kesatuan Yang Sistematis
·
Pancasila yang terdiri atas lima sila pada
hakikatnya merupakan suatu sitem filsafat
·
Sistem adalah suatu kesatuan bagian-bagian yang
saling berhubungan, saling bekerja sama, untuk suatu tujuan tertentu, dan
secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang utuh.
Jadi Pancasila yang terdiri atas bagian-bagian,
yaitu sila-sila Pancasila, setiap sila pada hakikatnya merupakan suatu asas
sendiri ,fungsi sendiri-sendiri. Namun secara keseluruahan merupakan suatu
kesatuan yang sistematis.
2. Kesatuan Yang Bersifat Organis
Pancasila merupakan suatu kesatuan yang majemuk tunggal dan bersumber pada hakikat manusia “monopluralis” yakni : susunan kodrat, jasmani rohani
sifat kodrat, individu- makhluk social kedudukan kodrat, pribadi berdiri sendiri-makhluk Tuhan YME
Pancasila merupakan suatu kesatuan yang majemuk tunggal dan bersumber pada hakikat manusia “monopluralis” yakni : susunan kodrat, jasmani rohani
sifat kodrat, individu- makhluk social kedudukan kodrat, pribadi berdiri sendiri-makhluk Tuhan YME
C. PENGETAHUAN SYSTEM FILSAFAT PERBANDINGAN DENGAN SISTEN FILSAFAT LAINNYA DIDUNIA
Perbandingan Filsafat
Pancasila Dengan Sistem Filsafat Lainnya Di DuniaSecara filosofis, Pancasila
sebagai suatu kesatuan sistem filsafat memiliki dasar ontologis, dasar
epistemologis dan dasar aksiologis sendiri yang berbeda dengan sistem filsafat
yang lainnya misalnya materialisme, liberalisme, pragmatisme,
komunisme, idealisme dan lain-lain paham filsafat di dunia.
1. Dasar Antologis Sila-sila Pancasila Dasar ontologis Pancasila pada
Hakikatnya Manusia yang memiliki hakikat mutlak, oleh karena itu hakikat
dasar ini juga disebut sebagai dasar antropologis.
Subjek pokok pendukung sila-sila Pancasila adalah manusia.
2. Dasar Epistemologis
Sila-sila Pancasila
Pancasila pada hakikatnya juga merupakan suatu
sistem pengetahuan. Kalau manusia merupakan basis ontologi Pancasila maka
dengan demikian mempunyai implikasi terhadap bangunan epistemologis dari
Pancasila. Terdapat tiga persoalan yang mendasar dalam epistemologis, yaitu :
pertama tentang sumber pengetahuan manusia, kedua tentang teori kebenaran
pengetahuan manusia, ketiga tentang watak pengetahuan manusia.
Pancasila mendasarkan pada pandangannya bahwa ilmu pengetahuan pada hakikatnya tidak bebas nilai karena harus diletakkan pada kerangka moralitas kodrat manusia serta moralitas religius dalam upaya untuk mendapatkan suatu tingkatan pengetahuan yang mutlak dalam hidup manusia.
Pancasila mendasarkan pada pandangannya bahwa ilmu pengetahuan pada hakikatnya tidak bebas nilai karena harus diletakkan pada kerangka moralitas kodrat manusia serta moralitas religius dalam upaya untuk mendapatkan suatu tingkatan pengetahuan yang mutlak dalam hidup manusia.
3. Dasar Aksiologis Sila-sila Pancasila
Pada hakikatnya
segala sesuatu itu bernilai, hanya nilai macam apa saja yang ada serta
bagaimana hubungan nilai tersebut dengan manusia. Menurut Notonegoro,
nilai-nilai tersebut dibedakan menjadi tiga macam, yaitu :
a. Nilai Material : segala sesuatu yang berguna bagi jasmani manusia.
b. Nilai Vital : segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk mengadakan suatu aktivitas atau kegiatan.
a. Nilai Material : segala sesuatu yang berguna bagi jasmani manusia.
b. Nilai Vital : segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk mengadakan suatu aktivitas atau kegiatan.
c. Nilai
Kerohanian : segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia yang dapat
dibedakan atas empat tingkatan sebagai berikut :
– Nilai kebenaran : nilai yang bersumber pada akal, rasio, budi atau cipta
manusia.
– Nilai keindahan/estetis : nilai yang bersumber pada perasaan manusia.
– Nilai kebaikan/moral : nilai yang bersumber pada unsur kehendak (will,
wollen,karsa) manusia
– Nilai kebenaran : nilai yang bersumber pada akal, rasio, budi atau cipta
manusia.
– Nilai keindahan/estetis : nilai yang bersumber pada perasaan manusia.
– Nilai kebaikan/moral : nilai yang bersumber pada unsur kehendak (will,
wollen,karsa) manusia
-Nilai
religius : nilai kerohanian tertinggi dan bersifat mutlak yang berhubungan
dengan kepercayaan dan keyakinan manusia serta bersumber pada wahyu Tuhan Yang
Maha Esa. Sedangkan jika dibandingkan dengan filsafat-filsafat lainya yaitu
1. Materialisme
Materialisme adalah paham dalam filsafat yang
menyatakan bahwa hal yang dapat dikatakan benar-benar ada adalah materi. Dengan
kata lain Materialisme merupakan paham atau aliran yang menganggap bahwa dunia
ini tidak ada selain materi atau nature (alam) dan dunia fisik adalah satu.
2. Liberalisme
2. Liberalisme
Liberalisme atau Liberal adalah sebuah
ideologi, pandangan filsafat, dan tradisi politik yang didasarkan pada
pemahaman bahwa kebebasan dan persamaan hak adalah nilai politik yang utama. Secara
umum, liberalisme mencita-citakan suatu masyarakat yang bebas, dicirikan oleh
kebebasan berpikir bagi para individu. Paham liberalisme menolak adanya
pembatasan, khususnya dari pemerintah dan agama.
3. Pragmatisme
3. Pragmatisme
Pragmatisme adalah aliran filsafat yang
mengajarkan bahwa yang benar adalah segala sesuatu yang membuktikan dirinya
sebagai benar dengan melihat kepada akibat-akibat atau hasilnya yang bermanfaat
secara praktis. Dengan demikian, bukan kebenaran objektif dari pengetahuan yang
penting melainkan bagaimana kegunaan praktis dari pengetahuan kepada individu-individu.
4. Komunisme
4. Komunisme
Komunisme
adalah :
1. Paham yang menganut ajaran Karl Marx yang
bercita-cita menghapus hak milik perseorangan dan mengganti hak milik secara
bersama (dikontrol pemerintah).
2. Religiusisme
mempunyai pengertian sebagai paham atau keyakinan akan adanya kekuatan gaib
yang suci, menentukan jalan hidup dan mempengaruhi kehidupan manusia yang dihadapi
secara hati-hati dan diikuti jalan dan aturan serta norma-normanya dengan ketat
agar tidak sampai menyimpang atau lepas dari kehendak jalan yang telah
ditetapkan oleh kekuatan gaib suci tersebut
3.
“Utilitarianisme” berasal dari kata Latin, utilis yang berarti “bermanfaat”.
Menurut teori ini suatu perbuatan adalah baik jika membawa manfaat, tapi
manfaat tersebut harus menyangkut bukan saja satu dua orang melainkan masyarakat
sebagai keseluruhan.
4. Sosialisme adalah paham yang bertujuan
membentuk negara kemakmuran dengan usaha kolektif yang produktif dan membatasi
milik perseorangan.
5. Kata
kapitalisme berasal dari capital yang berarti modal, dengan yang dimaksud modal
adalah alat produksiseperti misal tanah, dan uang. Dan kata isme berarti suatu
paham atau ajaran. Jadi arti kapitalisme itu sendiri adalah suatu ajaran atau
paham tentang modal atau segala sesuatu dihargai dan diukur dengan uang.
6.Idealisme
Idealisme adalah suatu ajaran/faham atau aliran yang menganggap bahwa realitas ini terdiri atas roh-roh (sukma) atau jiwa.
Idealisme adalah suatu ajaran/faham atau aliran yang menganggap bahwa realitas ini terdiri atas roh-roh (sukma) atau jiwa.
1. Adanya suatu teori bahwa alam semesta beserta
isinya adalah suatu penjelmaan pikiran.
2. Untuk
menyatakan eksistensi realitas, tergantung pada suatu pikiran dan aktivitas-aktivitas
pikiran.
3. Realitas
dijelaskan berkenaan dengan gejala-gejala pisikis seperti pikiran-pikiran,
diri, roh, ide-ide, pikiran mutlak, dan lain sebagainya dan bukan berkenaan dengan
materi.
4. Seluruh
realitas sangat bersifat mental (spiritual, psikis). Materi dalam bentuk fisik
tidak ada.
5. Hanya
ada aktivitas berjenis pikiran dan isi pikiran yang ada. dunia eksternal tidak
bersifat fisik.
D. PENGERTIAN SISTEM DAN UNSUR-UNSURNYA
Istilah
sistem merupakan istilah dari bahasa yunani “system” yang artinya adalah
himpunan bagian atau unsur yang saling berhubungan secara teratur untuk
mencapai tujuan bersama.
Pengertian
sistem menurut sejumlah para ahli :
1. L. James Havery menurutnya
sistem adalah prosedur logis dan rasional untuk merancang suatu rangkaian
komponen yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan maksud untuk
berfungsi sebagai suatu kesatuan dalam usaha mencapai suatu tujuan yang telah
ditentukan.
2. John Mc Manama menurutnya
sistem adalah sebuah struktur konseptual yang tersusun dari fungsi-fungsi yang
saling berhubungan yang bekerja sebagai suatu kesatuan organik untuk mencapai
suatu hasil yang diinginkan secara efektif dan efesien.
3. C.W. Churchman menurutnya
sistem adalah seperangkat bagian-bagian yang dikoordinasikan untuk melaksanakan
seperangkat tujuan.
4. J.C. Hinggins menurutnya
sistem adalah seperangkat bagian-bagian yang saling berhubungan.
5. Edgar F Huse dan James L.
Bowdict menurutnya sistem adalah suatu seri atau rangkaian bagian-bagian yang
saling berhubungan dan bergantung sedemikian rupa sehingga interaksi dan saling
pengaruh dari satu bagian akan mempengaruhi keseluruhan.
DAFTAR PUSTAKA
Darmodiharjo, Darji. 1996.
Pokok-Pokok Filsafat Hukum. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.
Kaelan. 2005. Filsafat Pancasila
sebagai Filasfat Bangsa Negara Indonesia. Makalah pada Kursus Calon Dosen
Pendidikan Kewarganegaraan: Jakarta. Notonagoro. 1971. Pengertian Dasar bagi
Implementasi Pancasila untuk ABR1. Departemen Pertahanan dan Keamanan: Jakarta.
Poespowardoyo, Soeryanto. 1989.
Filsafat Pancasila. Gramedia: Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar